Senin, 06 Mei 2013

Rainbow vs Novel


Rainbow vs Novel

“Silakan cari referensi minimal dari 7 buku, presentasi akan dilakukan setiap 4 kali pertemuan. Terimakasih. Wassalamu’alaikum”. Kalimat penutup dari dosen Mata Kuliah Studi Teks Tasawuf tadi sore, setelah membagi anggota kelompok lengkap dengan materi yang akan menjadi kajian masing-masing kelompok. “Yaaahh, pusing lagi deh cari kemana ya buku sebanyak itu dengan matkul yang sama.” Lirihku usai dosen menyampaikan pesan terakhirnya.

            Setelah dosen meninggalkan kelas, para mahasiswa kemudian menyusul keluar  menuju  ke mesjid kampus yang letaknya tak jauh dari kelas. Soalnya, waktu akhir mata kuliah tersebut tepat pukul  16.00, pasnya ketika waktu sholat asyar telah tiba setengah jam yang lalu.

Aku pun menutup binder, memastikan penaku tertutup rapi, kemudian memasukan nya pada ransel, dan menggendongnya. Aku keluar kelas sambil ku buka kunci hanphone yang sejak berlangsungnya kegiatan belajar tadi terus bergetar. “Waahh ternyata lima pesan . . ckckck”. Liriku dalam hati sambil menyunggingkan senyum di sore itu. Waktu itu aku keluar kelas berjalan sendiri, soalnya teman samping bangkuku absent tidak masuk kuliah karena sakit, wajar lah sedang musim pancaroba saat itu.

Ketika ku buka satu persatu pesan ku baca tiba – tiba . . .
“kikkiiiiiiiwwwwwww . . . . . .”. Sahut suara seorang laki – laki dari belakangku.
Aku terperanjat dan hampir saja handphoneku terjatuh. Saat ku tengok, kemudian ku teliti siapa yang datang  sambil kusempitkan penglihatanku, agar sumber suara terlihat jelas. Karena waktu itu aku tak sempat memakai kacamata ku dulu, kotak kacamata ku simpan diransel waktu itu.

Sampai sosok laki – laki itu mulai mendekat dan mulai terlihat jelas.

“heyyy, kikiw gimana mau jadi minjem bukunya ?“ Ucap dia sambil menghampiri ku.
Ternyata dia Cacan. Teman satu fakultas ku namun kami berbeda kelas. Kami saling mengenal saat ta’aruf penerimaan mahasiswa baru dikampus. Dia ketua kelompok yang aku ikuti waktu itu, biasa orang aktif, tapi sering gaje, hee. Dia termasuk dalam kategori laki – laki ideal juga sih, menurut sebagian orang tapiiii, hee. Selain pintar, keren, luwes, dia juga tipe laki – laki pencinta buku – buku karya penulis handal yang  tanpa dibubuhi unsur cinta dan alay pastinya, soalnya dia anti banget sama yang nama nya “LEBAY” dan “GALAU”, ckckck tapi narsisnya minta ampun, pura – pura jadi orang awam padahal ilmunya beeeeuuhh, daleemm. Dia kayanya nggak tau, sebenernya nggak bisa dipungkiri kalo cewe itu fitrahnya butuh gombal, tapi yang nggak alay. hee

“Heyyy, kirain siapa,  jadi dong. Coba liat ?” Jawabku sambil ku ulurkan tangan.
“Sebentar.” Ucapnya sambil membuka rel sleting ransel.
“Nihhh, buku bagus tuuhhh . . ckckckc, gimana bisa kan dibarter sama Rainbow Cake nya?” Ucap dia tersenyum sambil mengangkat kedua alisnya, memperlihatkan bukunya gaya sales yang sedang mempromosikan  barang dagangannya.

“Jiiaaalllaaahh,,, please deh Can, jangan lebay kaya gituu. Biasa ajja, sebenarnya Cake itu nggak sebanding sama buku yang kamu pinjemin ke aku”. Balas ku, sambil tersenyum ringan padanya.

“Kiw, tau nggak buku itu ?” Tanya dia sambil memasang wajah agak serius.
Aku malu setengah mati. Aku bingung mau jawab apa, soalnya buku yang dia pinjemin waktu itu karya Adian Husaini. Gimana nggak kaget coba, orang aku belum pernah membaca satu pun dari karya nya. Cacan oarangnya sedikit aneh. Aku pura-pura sedang konsen membaca sinopsisnya.

Tapi untungnya dia langsung melanjutkan obrolan,

“Hhhehhee, kalii ajja. Heh Kiw, di Plaza ada obral buku big sale lho. Mulai dari 25% nyampe 40%. Kemaren ada yang ngajak sii, tapi berhubung dompetku lagi tipis, jadi ku tolak dulu ajakannya sementara waktu. Habibi dan Ainun ajja belum sempat aku tonton samapi saat ini. hehehe.” Sahut dia sambil berjalan.

“Waah.. massa? pengen ih tapi kapan ya? Nanti aja deh, kali aja ada yang mau nemenin. Heee. Oh iya Can, nih pesanan Cake nya, cepetan  buka ranselnya malu nih kalau di angkat keluar takut nya ada yang ngeliat, kasian kalau nggak aku kasih, soalnya aku cuma bawa sedikit eum”. Sambil ku angkat beberapa potong cake yang ku simpan di Tupperware dari diranselku untuk siap siap diimigrasi ke ranselnya Cacan.

“Siiiaapp, nih masukin.” Ucap dia sambil membuka mulut ranselnya.
“Maaf ya Can, kiki Cuma bawa sedikit hehe.”
“Ih nggak apa – apa lagi. Makasih ya kiw”. Ucapnya sambil tersenyum hangat meninggalkan ku dengan lambaian tangan, kita berpisah tepat didepan Masjid kampus.

“Uuhhhh,, pemandangan yang tak terduga”. Lirih ku dalam hati, menyeret mulut 1 cm ke kanan, dan 1 cm ke kiri sambil membaca sinopsis buku yang dia kasih,, emang nggak bisa dipungkiri, Cacan orang nya aneh. Sulit ditebak. Gaje deh jadinya.

“CChhhyyyeee teh Kiki . . “. Suara yang lembut dari belakangku, namun menyentak seperti kata yang memiliki arti lain.
“Ouh teh Kiki teh sama A Cacan?” Terdengar suara lembut ukhty Mika, teman sekelasku yang dari tadi ternyata berjalan tepat di belakangku. Malu lagi deh. Tapi bersikap biasa ajja deh, malah barang kali dia suka sama Cacan, jadi dia jelaous. Hehehe
“Enggak, dia temen kenalan di Ospek waktu itu ukhty.” Jawabku ringan tanpa melirik wajahnya, karena pandanganku masih tertuju pada sinopsis yang belum selesai ku baca.

1 komentar: