Ilmu
Nahwu
“Narkib”
Barometer Pemahaman Ilmu Nahwu yang Mentradisi
Dewasa ini, ilmu nahwu sering kali
dipandang sebagai ilmu yang sulit dan rumit untuk dikaji, sehingga dapat kita
analisa di lingkungan pesantren maupun lembaga-lembaga pendidikan islam dengan
sedikitnya peminat dibandingkan dengan fan – fan ilmu yang lain. Namun hal ini
sangat menarik, berarti ada nilai prioritas khusus bagi ilmu nahwu itu sendiri,
baik dari segi kebutuhan maupun nilai – nilai yang lain. Sehingga orang
memandang itu sulit, dan hanya orang – orang tertentu, yang memiliki keinginan
menekuni fan ilmu tersebut.
Tidak dapat dipungkiri, jika berbicara
masalah kesulitan dan kemudahan, tentu kita akan menjumpainya di setiap fan
ilmu, taruhlah ilmu shorof, ilmu balaghah, ilmu tasawuf, maupun ilmu – ilmu
yang lainnya. Hanya orang-orang yang bertekad kuatlah yang mampu membendung
erosi tantangan dengan tembakau kesungguhan dan kesabaran terhadap segala
sesuatu yang mereka hadapi.
Dan salah satu diantara sekian kesulitan
yang sering mahasiswa Lughah temukan dalam ilmu nahwu ini adalah aktualisasi
dari pemahaman teoritis yang mereka pelajari terhadap sebuah kalimah(kata dalam
bahasa arab) yaitu memberi I’rob .Banyak mahasiswa yang mahir dalam berbahasa,
mahir dalam membuat Isya’, mahir dalam
bercakap dan lain sebagainya. Namun ketika mereka ditanya mengenai i’rob,
terkadang mayoritas dari mereka angkat tangan, apalagi ketika ditanya alamat
i’rob dan mengapa diberi alamat demikian. Ilmu nahwu itu mudah jika hanya
dipelajari secara teks dan hafalan, namun yang membuat ilmu nahwu itu disegani
dan memiliki nilai kesulitan adalah wujud pengaplikasiannya pada teks – teks
arab termasuk Al quran Al karim.
Sahabat Lughah tahu istilah
“Narkib” ??
“Narkib” yang merupakan kata kerja dari
tarkib atau yang biasa para santri salafi sebut dengan “Ngerab(nge-i’rob)” atau
(memberi i’rob) ini merupakan salah satu wacana dalam Ilmu Nahwu dan sudah
mentradisi disebagian pesantren-pesantren salafi. Tarkib, suatu istilah yang
merupakan mashdar yang dimusytaq dari wazan “Rakkaba-Yurakkibu-Tarkiiban”
ini dapat memberi indikasi bahwa tarkiban merupakan penyusunan secara
sistematis yang berisi serangkaian kalimah dalam bahasa Arab yang merupakan
penjabaran dari sebuah kalimah itu sendiri (baik itu isim, fi’il atau haraf)
dari segi bentuk kalimah, kedudukan, i’rob, alamat dan lain sebagainya.
Jadi dapat diambil konklusi, bahwa narkib
itu merupakan tolak ukur tentang kapasitas pemahaman kita terhadap esensial
Ilmu Nahwu itu sendiri yang di translite ke dalam bahasa Arab. Namun tetap,
yang membuat tarkiban ini istimewa dan berbeda adalah kaktus penyusunan itu
sendiri agar terlihat indah dan sistematis juga hal apa saja yang harus
dijabarkan, apalagi dibagian transliterasi dari bahasa pemahaman kita ke bahasa
arabnya itu sendiri ,nah dibagian ini lah para santri sering terlihat merasa
terjajah. Bila ilmu lain lebih mudah dipraktek dari pada teorinya, taruhlah
ilmu komputer, ilmu olahraga, ilmu kimia, dan yang lainnya, maka Ilmu nahwu itu
adalah sebaliknya.
Awalnya banyak anggapan bahwa tarkiban ini
hanya sebutan bagi para santri, tapi ternyata istilah ini dari dulu telah
diperkenalkan oleh syaikh Ismail al-Hamidi didalam kitabnya Al-kafrowi, yang
berisi penjabaran-penjabaran I’rob suatu kalimah. Bahkan di kitab
Al-Mutammimahnya Syaikh Muhammad ibnu Ahmad ibnu Abd al-Bari juga dicantumkan
banyak contoh i’rob dalam melengkapi murodnya.
Secara garis besar, sebelum kita dapat
menarkib, maka kita mesti memahami terlebih dahulu beberapa point berikut yang
akan membantu dalam pemahaman tarkib kita :
1. Kalimat itu termasuk
jumlah/syibeh jumlah ?
·
Jika termasuk jumlah, merupakan jumlah apa ?
·
Jika termasuk syibeh jumlah, syibeh jumlah jenis apa ?
2. Pahami Rangkaian
kalimah tersebut :
·
Dari segi pembagian/ klasifikasinya
·
Dari segi mu’rob atau mabni
3. Pahami jabatan
masing-masing kalimah
·
Dari segi kedudukan
·
Dari segi i’rob dan alamat :
Ø Dhohiroh
(jelas/tampat)
Ø Muqoddaroh
(dikira-kira)
Ø Mahal (hanya
tempatnya saja)
·
Sebab dipakainya alamat i’rob tersebut
Mau tahu
cara Aplikasinya kan ???
Gini nih .
. . . . . .
Kita ambil
contoh lafazh . .
ضَرَبَنِى مُصْطَفَى
فِى الْفَصْلِ
ضرب : فعل ماض معلوم متصرف مبني على الفتحة الظاهرة فى
اخره
النون : نون وقاية
الياء : ضمير متصل بارز مبني على السكون فى محل نصب مفعول
به
مصطفى : فاعل مرفوع
بضرب وعلامة رفعه ضمة مقدرة على الالف للتعذر
فى : حرف جر اصلي يحتاج الى متعلق يتعلق به
الفصل : مجرور بفى
وعلامة جره كسرة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد
الجر
والمجرور متعلق بضرب
Gimana
sahabat lughah ?? tertarik untuk mencoba ??
Selain dengan cara ini kita dapat mengukur
tingkat pemahaman kita, dapat mudah mengerti mengenai kedudukan dan penjabaran
i’rob secara jelas suatu kalimat, kita juga akan dapat terbiasa menyusun
rangkaian kalimat secara beraturan. Meskipun banyak ketentuan-ketentuan cara “narkib”
ini yang perlu dipelajari terlebih dahulu.
Sahabat lughah juga bisa cari contoh dari
mana saja, yang penting memuat teks-teks bahasa Arab. Mungkin disini saya hanya
sekedar memperkenalkan atau mungkin sekedar menambahkan, dan saya yakin sahabat
lughah, dapat lebih mengembangkannya lagi. Seperti bagaimana cara narkib haraf
istifham, narkib fi’il amar, narkib Munada dan banyak lagi. Intinya kunci untuk
kita agar kita dapat menguasai Cara “ngerab” ini salah satu yang terpenting
adalah dengan mengunyah bab i’rob terlebih dahulu.
Mau ikut latihan ??
Oke, Coba tarkib lafazh ini انماالاعمال بالنيات ,
jika seluruhnya benar, dijajanin mie ayam depan gapura kampus lah . . (bagi
yang pengen coba jawab, langsung dikirim ajja ke kelas PBA 1A) ditunggu ya . .
hee
Semoga bermanfaat ! ^.^
Belajar Ilmu Nahwu ?? Siapa takut ! Yakinlah kita mampu dan
bisa menekuninya sehingga menjadi orang-orang yang terpilih. Aamiin
Keep Your Spirit !
الى
اللقاء . . .
luar biasaaaaa !!!!!!!!!!!
BalasHapusbaru aja buat blog...eh...eh...tulisannya udah di lirik sama pak..tamam...
subhanallah...luwwwwwarrrrrr dalaaam !!!
...
BalasHapus